Belasan tahun sudah sejak kejadian itu menggetarkan rasa traumaku, tragedi yang menyimpan banyak sekali memori-memori kesedihan. kejadian yang membuat saya, kamu, dan bahkan semua orang menangis pada waktu itu. Musibah yang tidak akan pernah terlupakan, Gempa 27 mei 2006 di Yogyakarta. Mungkin kejadiannya sudah belasan tahun sudah, tapi ketika menceritakan pengalaman ini masih terasa dan teringat jelas setiap detik dan menit rangkaian cerita kelam itu.
referensi gambar : jogja.tribunnews.com/2023/05/26/gempa-gempa-jogja-yang-tercatat-sejarah-paling-mematikan-sabtu-wage-27-mei-2006
Kulihat banyak orang diluar rumah, mereka terlihat syok dengan goncangan yang baru saja terjadi. Ada yang menatap dengan tatapan kosong, ada yang menangis karena rumah yang sudah rata dengan tanah, ada yang teriak histeris karena mencari sanak saudara yang mungkin masih ada yang tertimbun direruntuhan rumah, ada yang tertelungkup dengan tangan diatas kepala seakan tak menyangka akan ada kejadian itu. ku juga melihat seorang ibu yang terus-menerus mengucakan lafazh Allah, AllahuAkbar, AllahuAKbar, AllahuAkbar.
Tidak disanga-sanga, ternyata dijalan raya ku melihat pemandangan yang begitu kacau. kemacetan, suara klason motor dan mobil yang bersautan menambah kepanikan semua orang. Bagaimana tidak, ada orang yang berlari menuju daerah utara, dan ada orang yang berlari menuju daerah selatan, mereka tertemu dan membuat jalanan menjadi penuh sesak. Info yang beredar, orang yang berlarian ke utara mereka mendengar ada gelombang Tsunami yang sedang naik kedaratan, di satu sisi orang yang berlarian ke selatan mendapat info gunung merapi sedang mengeluarkan awan panas atau lebih dikenal dengan wedus gembel.
Kebetulan pada waktu itu gunung yang sangat terkenal di jawa yaitu gunung Merapi memang sedang berstatus awas yang artinya bisa meletus kapan saja. Semua orang tidak tau mana berita yang benar mana yang salah, antara gunung meletus atau Tsunami dipantai selatan. yang mereka tau, cara bagaimana mereka menyelamatkan diri. Berlari dan mencari tempat berlindung yang entah arah tujuan nya kemana. Dipikiranku pun saat itu mencoba menjauh sejauh mungkin. berlari hanya aku dan adikku tanpa kedua orang tuaku.
Hingga ku sampai di suatu Rumah Sakit dipusat kota Jogja yang menurutku aman dari rentetan kejadian itu. Kududuk di depan rumah sakit dekan jalan raya sambil memakan sepotong roti yang kubagi dua dengan adiku. Kudapati roti itu dari seorang suster rumah sakit yang ramah dan baik hati. Waktu menunjukan pukul 10 pagi, rumah sakit mulai penuh sesak dengan orang-orang yang menjadi korban dari Gempa. Korban luka dan ada juga korban meninggal menjadi satu dirumah sakit itu. Tak bisa dibayangkan bagaimana pelayanan dirumah sakit itu sampai-sampai tidak bisa menampung banyaknya korban yang terus berdatangan. Terlihat seseorang yang duduk dikursi roda dengan kaki terbalut perban, sampai seorang yang tertidur di keranjang khas rumah sakit dengan luka yang cukup parah tapi mereka berada diluar rumah sakit.
Bersyukur waktu itu aku dan adikku selamat tanpa luka sedikitpun ditubuh kami. setelah beberapa saat kemudian, ada mobil polisi yang sedang berpatroli membawa sebuah info yang sedikit melegakan, info yang menyatakan bahwa adanya gelombang Tsunami hanya sebuah isu atau hoax dari orang yang tidak bertanggungjawab. Ada sedikit rasa lega tapi ada juga kesedihan, karena waktu itu kami terpisah dengan kedua orang tua kami, yang entah dimana mereka berada. Waktu menunjukan pukul 11.30 siang, hingga akhirnya ku bertemu dengan seorang yang kukenal, seorang teman yang usianya lebih tua dariku entah bagaimana dia juga berada di rumah sakit itu, yang pasti dia juga berlari menyelamatkan diri waktu isu Tsunami itu, setelah berbincang kita mencoba untuk kembali pulang bersama-sama. Oh iya waktu itu Saya masih SD kelas 5, adikku mash TK dan temanku itu SMP kita berjalan pulang menuju desa. Sesampainya di desa dan ternyata alhamdulillah masih bertemu dengan orangtua ku kembali yang ternyata juga sehat. ku peluk hangat orangtua ku sampai berlinang air mataku setelah mengalami rentetan perjananan pedih itu.
ku peluk erat tanpa ku lepas orangtua ku sepulang dari lari menyelamatkan diri itu. ditengah-tengah waktu itu, kudapati kabar yang tidak mengenakan kembali, berita yang membuat kami dan keluarga besar sedih. salah satu anggota keluarga kami. adik sepupuku yang tinggal didaerah yang lebih dekat dengan pusat gempa, yaitu di Pundong, Bantul, anak kecil berusia 5 tahun harus meninggal karena terkena timbunan Gempa, waktu itu tidak sempat untuk diselamatkan karena posisi nya masih tidur terlelap. air mataku menetes dikala kabar itu santer terdengar, karena aku sangat dekat dengan adik sepupuku itu, waktu beberapa hari sebelum Gempa kita sempat bermain dan bercanda layaknya kakak dan adik. Doa dan Alfatihah untuk adik sepupuku, semoga kau tenang di alam sana, surga menantimu adik.
salah dua korban lagi yaitu kakek dan nenek ku yang sempat tertimbun dalam Gempa hebat itu, namun Alhamdulillahnya kakek dan nenekku masih bisa selamatkan dan dikeluarkan dari reruntuhan rumah. Hanya saja kakek dan nenekku tidak bisa bangkit dari tidur karena tulang kaki dan tangannya patah terkena salah satu batu reruntuhan rumah. setelah isu Tsunami itu kakek dan nenek ku langsung dibawa ke rumah sakit untuk diberi pertolongan. sedih dan takut menyelimuti hati ku waktu itu, tidak bisa membayangkan betapa ngerinya waktu situasi saat tertibun reruntuhan itu.
sedikit informasi, gempa hari sabtu, 27 mei 2006 itu ternyata berada di daerah selatan, atau gempa tektonik bukan dari aktifitas gunung berapi. memang waktu kejadian gempa itu, gunung merapi sedang menunjukan aktifitas pada level awas yang mana bisa meletus kapan saja tapi ternyata tidak ada kaitannya. gempa itu berpusat di sungai opak, dengan kekuatan 5.8 SR, pukul 05.57 WIB. terbayang dimana pusat gempa yang terletak disungai yang dangkal menjadikan dampak yang ditimbulkan begitu besar dan merusak.